Bisnis marketplace online seperti Tokopedia , Bukalapak , Blibli , Lazada , dan Shopee bukanlah bisnis baru. Para perusahaan di Indonesia itu mengikuti model bisnis yang sudah terbukti sukses terlebih dulu di luar negeri, seperti Amazon atau Alibaba.
Amazon adalah raksasa e-commerce Amerika Serikat yang awalnya fokus menjual buku secara online . Pada Februari 2020, nilai valuasi Amazon mencapai lebih dari US$1 triliun (sekitar Rp14,7 kuadriliun).
Alibaba sebagai raksasa e-commerce asal Cina didirikan pada 1999. Mereka melantai di bursa saham New York pada 2014 lalu, dan valuasinya sempat mencapai US$618 miliar (sekitar Rp8,7 kuadriliun) pada Januari 2020.
Menurut Owler , situs web berisi perkiraan kinerja perusahaan, pendapatan marketplace online di Indonesia diestimasi bisa mencapai hingga Rp12 triliun per tahun. Angka ini berasal dari para pengguna Owler dan bukan sumber resmi, sehingga angkanya di lapangan bisa berbeda.
Pemasukan sebesar itu diraup para penyelenggara layanan marketplace online lewat beragam saluran pendapatan, inilah empat di antaranya.
Biaya layanan transaksi
Beberapa marketplace online mengenakan biaya layanan atas transaksi dengan metode pembayaran tertentu, seperti pakai kartu kredit, yang dilakukan pengguna. Besarannya tergantung kebijakan marketplace , rata-rata sekitar 1,5 persen dari total transaksi.
Marketplace online juga mengambil biaya layanan yang dikenakan ke pedagang dari tiap produk yang terjual. Besaran komisi ini tergantung kebijakan marketplace masing-masing, mulai dari 1 persen dari nilai transaksi.
Pada umumnya, biaya layanan ini dibebankan kepada pedagang yang telah mengikuti program khusus. Meski dikenakan biaya layanan, para pedagang bisa menikmati sederet kemudahan dan akses ke berbagai fitur, mulai dari mengikuti flash sale , akses ke pinjaman modal usaha, hingga prioritas dalam pencarian pengguna.
Biaya iklan marketplace
Marketplace juga membuat layanan iklan. Fungsi layanan berbayar ini agar barang dagangan penjual mendapat posisi strategis di mata pembeli.
Dengan menempati posisi strategis ini, peluang produk terjual ke pembeli jadi lebih tinggi. Posisi strategis yang dimaksud seperti di halaman pertama, halaman favorit, maupun halaman kategori dan hot list di dalam marketplace tersebut.
Biaya iklan ini biasanya ditetapkan dalam skema biaya-per-klik. Penjual hanya membayar bila ada pengguna yang mengeklik produk/toko yang diiklankan. Besaran biayanya bervariasi, tapi rata-rata dipatok mulai dari tak sampai Rp100 per klik.
Menurut PocketMath, perusahaan adtech dari Singapura, pendapatan satu marketplace online di Indonesia dari biaya iklan bisa mencapai ratusan miliar rupiah per tahun . Estimasi ini berdasarkan perkiraan 1-5 persen dari pasar iklan digital Indonesia 2019 lalu yang senilai US$2,6 miliar (Rp38,4 triliun).
Biaya layanan fulfillment
Sumber pemasukan lain bagi marketplace online adalah layanan fulfillment , yaitu layanan untuk membantu urusan logistik para pedagang. Cara kerjanya adalah penyelenggara marketplace menawarkan layanan penyimpanan produk untuk dikelola dan diproses saat ada pesanan masuk. Pedagang di marketplace online bisa menghemat biaya operasional melalui berlangganan layanan ini.
Sederet marketplace online besar di Indonesia membuka layanan ini. Biaya yang dipatok mulai dari Rp1.000 untuk setiap unit prdouk yang terjual. Biaya lain yang harus dibayarkan adalah biaya penyimpanan, dengan biaya per unit yang bervariasi tergantung berapa lama produk tersebut disimpan dalam gudang milik penyelenggara.
( Diedit oleh Iqbal Kurniawan )