Dunia internet membawa berkah dan melimpahkan rejeki yang tak sedikit bagi banyak orang. Termasuk untuk Hiroshi Mikitani, pebisnis ulung yang merasakan betapa gurihnya berbisnis di jalur maya. Mikitani sukses membidani kelahiran Rakuten yang merupakan bisnis online retailer. Rakuten sangat populer seantero Jepang dan bersaing ketat dengan raksasa internet lainnya, seperti Amazon dan eBay.
Saat ini Rakuten termasuk dalam jajaran10 besar perusahaan internet di dunia dengan pendapatan tahunan mencapai US$5 miliar. Itu arti-artinya, pundi-pundi Mikitani terus berdatangan. Tahun 2014 ini, majalah Forbes menobatkan dia sebagai penguasa terkaya dengan total kekayaan mencapai US$9,5 miliar.
Mikitani bukan saja sukses di Jepang, tetapi juga memperluas jangkauan perusahaannya ke skala global. Boleh jadi aksi akuisisinya itu dilakukan untuk bisa mengalahkan eBay dan Amazon. Bayangkan saja, Mikitani yang karib disapa Mickey oleh stafnya ini telah menghabiskan US$ 1 miliar dalam beberapa tahun terakhir hanya untuk membeli Buy.com dari AS, Play.com dari Inggris, dan perusahaan pembuat komputer tablet asal Kanada yaitu Kobo.
Dia juga mengakuisisi Linkshare, perusahaan yang berbasis di New York, yang ahli dalam menganalisis kinerja penjualan dan pemasaran. Sebelumnya, pada Oktober 2005, dia mengejutkan dunia bisnis Jepang dengan membeli 15,46% saham Tokyo Broadcasting System.Bahkan, belum lama berselang, dia membeli saham Pinterest senilai US$100 juta. “Semua saya lakukan untuk memperkuat bisnis saya,” ungkap Mikitani.
Berbisnis dengan berbasis internet, sesungguhnya bagi CEO dan Chairman Rakuten ini adalah wujud dari ambisinya untuk menaklukan tantangan. Saat memulai bisnis, Mikitani sempat dinasehati banyak orang untuk tak terjun di dunia maya. Bisnise-commerce saat itu belum sedahsyat sekarang. Banyak orang yang menganggap bahwa apa yang akan dirintisnya tak membuahkan hasil.
“Tapi saya tak sudi mendengarkan nasehat itu,”ujarnya. “Banyak orang yang mengatakan pada saya bahwa konsep mall internet sudah berakhir. Bagaimana mereka bisa tahu? Mereka bilang, itu common sense. Mereka salah tentang Rakuten, tentang e-commerce, dan tentang menilai common sense,” sambungnya penggemar olag raga golf ini.
Ayah satu anak ini yakin, bisnis e-commerce akan membawanya ke jenjang keberhasilan. Dia nekat meninggalkan kariernya yang cemerlang sebagai bankir investasi di Bank of Japan. Dia membangun sendiri bisnis konsultan internet.
Kelahiran Rakuten
Tapi bisnis konsultan internet bergerak lambat. Mikitani tak puas, maka pada 1997 dia meluncurkan Rakuten, cybermall pertama di Jepang yang menawari para peritel untuk memajang produknya dengan pola komisi.
Pada tahun itu, bisa dibilang aksi lulusan Harvard Business School dan bertitel MBA 1993, agak nekat. Pasalnya, belum banyak orang Jepang yang melihat online shopping sebagai bisnis yang menguntungkan. Apalagi dari sekian banyak penduduk Jepang, baru 5 juta orang itu yang menggunakan internet, itu pun kebanyakan hanya untuk mengirim e-mail. Tak heran, bila banyak yang memandang langkahnya dengan apatis.
Toh, Mikitani jalan terus. Dia mewujudkan mimpinya. Menjadikan Rakuten sebagai bisnis online nomor satu, tak hanya di Jepang tetapi juga merambah ke negara lain.
Semula hanya 13 toko yang bersedia bergabung, namun dalam waktu tiga tahun, sebanyak 2 ribu peritel menyatakan bergabung dengan rentang produk yang beragam, dari ikan hingga bir.
Dalam rentang 10 tahun, ada 18 ribu peritel, mulai dari ikan segar hingga boneka dan asuransi. Model bisnis yang dikembangkan Rakuten seperti mal. Para pedagang berkumpul di situsnyadan Mikitani mendapatkan dari mitra-mitranya dari setiap transaksi.
Sukses dengan bisnis mallonline-nya, Mikitani mengibarkan Rakuten Group, yang membawahi 6 jasa internet, antara lain e-commerce marketplace (ritel online). kredit dan pembayaran (layanan kredit konsumsi), portal dan media (gateway ke internet), travel (pemesanan hotel dan travel), sekuritas (layanan pialang sekuritas) dan sport profesional (mengelola tim baseball, merencanakan dan menjual merchandise-nya).
Pasar Indonesia
Mikitani menyebut kunci sukses bisnisnya, dibangun dengan konsep Rakuten Eco-System–ekosistem yang menghubungkan antara konsumen, industri (travel), merchant, dan sekuritas, dengan Rakuten yang berdiri di tengahnya sebagai medium. Dan, ekosistem ini bisa berjalan karena Mikitani memiliki database terbesar di Jepang: 44 juta anggota.
Pada 2013 lalu, Rakuten berhasil meningkatkan revenue divisi e-commerce, Rakuten Ichiba sebesar 23,2% year on year menjadi 422,4 miliar yen pada kuartal ketiga. Profit meningkat sebanyak 17,1% dibandingkan dengan tahun 2012.
Pada 3 Desember, Rakuten masuk jajaran First Section di Bursa Saham Tokyo. Pada kuartal ketiga 2013, Rakuten mendaftarkan volume transaksi sebesar 1.297,5 miliar yen.
“Internet dan e-commerce telah menjadi bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan keseharian kita. Sejarah pertumbuhan kami menunjukkan tanda-tanda akan masa depan yang berkesan,” ujar pria penggila kerja yang semasa kecil sempat dua tahun tinggal di New Haven, Connecticut AS di mana ayahnya, yang ekonom, mengajar di Yale University.
Ya, Rakuten telah berkembang pesat. Marketplace internasionalnya juga meraih revenue meningkat 52% dibandingkan dengan tahun lalu.Prestasi yang telah diraih ini berkat strategi yang memfokuskan diri pada perilaku pengguna dan pembeli, layanan tambahan untuk mobile e-commerce, serta promosi model bisnis B2B2C.
Dan, pasar Indonesia juga turut memberikan kontribusi terhadap momentum peningkatan yang terjadi di Rakuten global. Rakuten sempat menggandeng PT Global Mediacom (MNC Group) untuk pasar e-commerce-nya di Indonesia, sebelum kerjasama mereka berakhir tahun lalu. Tetapi ambisi menakluk pasar Indonesia terus ada. Rakuten yakin bisa tumbuh cepat meski berjalan tanpa MNC.
Saat ini Mikitani memiliki 4.000karyawan. Dia terus membangun mimpinya dan berusaha mewujudkan Rakuten menjadi destinasi belanja dan perdagangan online terbesar di Asia. Untuk memuluskan langkahnya, dia mengakuisisi Ctrip, situs perjalanan di Tiongkok.