Seorang entrepreneur offline (Brick-and-Mortar) di New York mengambil contoh dari e-commerce, Ia meng-curate tema-tema dan produk khusus dengan jangka waktu terbatas, meng-host event komunitas dan menjual sponsorship. Dapatkah ide ini merevolusi bisnis retail offline ?
Saat ini berjalan ke toko “Startup” lebih terasa seperti berjalan di sebuah gallery seni. Bertempat di jantung pusat seni Manhattan, Chelsea, suasana yang dihadirkan benar-benar memukau. Dilihat dari pajangan-pajangan dan item-item yang menggantung di dinding yang putih bersih.
Tapi ini bukan sekedar seni. Lebih dari itu, mereka memproduksinya untuk dijual, dan dibuat oleh Artspace.com, sebuah startup di New York
Di salah satu sudut ditampilkan sample parfum dan pelembut kulit dari startup subcription service Birchbox.com. Di sudut lain, terdapat gantungan, pengangkat debu, dan beberapa peralatan rumah tangga dari sebuah perusahaan produk inovatif Quirky.com, dan di belakang toko terdapat pajangan kalung dan perhiasan yang berkilauan dari Bauble Bar, sebuah retail aksesoris. Masing-masing dari lima start-up ini memiliki display yang menceritakan cerita di balik para founder dan perusahaan yang mereka bangun.
Ide yang hebat bukan?
Setiap empat sampai enam minggu, space yang disediakan untuk mereka akan dirombak lagi untuk inventori baru, penampilan baru, dan tema yang baru. Nama tokonya pun harus diganti.
“Pada dasarnya konsep kami adalah sebuah space terbuka dengan sudut pandang layaknya majalah, yang dapat berubah-rubah seperti galeri, dan bisa menjual barang seperti toko retail.” Kata salah satu founder startup– Rachel Shechtman. “dibalik setiap produk terdapat cerita tersendiri, dan dibalik setiap founder terdapat cerita sendiri. Saat ini, cerita yang sedang diceritakan berupa startup.”
Di awal 2012, toko ini masih dalam tahap informal ‘beta’. Shechtman berkata, “Jika sebuah website bisa dibuat dalam bentuk beta, kenapa kita tidak bisa?” Dalam pembukaan resminya di bulan Februari ia berkata, tema pamerannya akan mengangkat tema cinta.
“Sama seperti MoMA yang memiliki Andy Warhol, kami akan membuat orang-orang merasakan suasana tema yang kami bawa; saat ini kami mengangkat tema cinta, dan semoga suasana cinta itu bisa terwakilkan dari sponsir kami, Match.com atau Okcupid.”
Toko “Startup” ini sedang dalam pencarian toko online yang masih fresh dan memiliki kesamaan terhadap retail brick dan mortar. Lainnya berusaha untuk meniru dunia belanja online. Toko Pop-up yang merupakan toko “sementara” dengan inventori terbatas, telah menjadi sebuah trend baru dari versi brick-dan-mortar dari situs flash sales, seperti Ideeli. Retailer sekarang bisa berkolaborasi dengan komunitas online seperti Zaarly, untuk dapat dipertemukan dengan pembeli yang mencari produk tertentu di area mereka. Tentu saja situs daily deal seperti Groupon, bisa membantu menarik pembeli baru untuk toko retail dengan iming-iming diskon.
“masa depan dunia retail akan lebih mengarah tentang komunitas dan bukan lagi tentang konsumsi.” Kata Shechtman, yang telah menghabiskan bertahun-tahun sebagai konsultan retail untuk perusahaan termasuk Bliss dan Gilt melalui firmanya, Cube Ventures. “ada sebuah energi dan inovasi dalam komunitas online, dan hal itu merupakan hal yang hebat, tapi saya menginginkan sebuah revolusi komunitas offline dengan cara mengangkat sebuah kisah menjadi lebih nyata di toko saya.”
Dan salah satu bagian dalam membangun komunitas itu adalah dengan menghadirkan pengalaman berbelanja.
“Seluruh ide tentang kurasi ini telah menghasilkan banyak kesuksesan dalam dunia belanja online, sehingga hal ini merupakan hal yang alamiah untuk diterapkan di dunia pertokoan yang nyata.” Kata Marc Kushner, co-founder dari Archtizier, yang telah merancang bangunan tersebut. “orang-orang ingin pendapat dari yang ahli.”
Masih terlalu dini untuk mengatakan bahwa usaha ini telah sukses. Tapi Shechtman telah merencanakan untuk membuka lima toko lagi dalam tiga tahun kedepan, dan telah mempersiapkan cara untuk menghasilkan profit. Pada bulan Februari, ia akan memperoleh tiga sumber pendapatan yaitu : penjualan produk, sponsor dan tiket acara.
“kami ingin memanfaatkan merchandise kami layaknya majalah yang memiliki konten editorial. Pengiklan bisa membeli ke konsumen seputar tema dialog.” Shechtman berkata, menambahkan bahwa sponsor akan bernilai antara $50.000 hingga $100.000, dan seperti pengusaha retail yang baik ia berencana untuk memanfaatkan lokasi tokonya.
“ada lima juta orang yang berjalan di sepanjang High Line setiap tahunnya, dan bilboard yang terpampang di jalanan bernilai $45.000,” tambahnya
Dalam tambahan sumber pemasukannya, suasana dalam tokonya dimana tersedia makanan dan musik yang bertujuan untuk meningkatkan pelayanan terhadap pembeli akan membantu meningkatkan misi utamanya dalam pembentukan sebuah komunitas. “respon dari lingkungan sejauh ini sangat baik,” katanya. “mereka datang, sekedar mengucapkan salam, dan mereka tertarik membicarakan produk kami.”